Minggu, 28 Juni 2009

Kepemimpinan Model Salomo vs Kepemimpinan Model Daud

Pada jaman Salomo menjadi raja Israel, Tuhan memberkati Israel dengan berkat yang melimpah. Salomo adalah seorang raja yang sangat piawai dan bijaksana dalam mengelola kerajaannya. Pengaruhnya yang kuat menjadi magnet bagi banyak orang, bahkan mereka rela menempuh perjalanan jauh, hanya untuk melihat dan belajar dari Salomo. Salomo dikaruniai hikmat dan pengertian yang tiada bandingnya oleh Tuhan seperti yang dimintanya sendiri, "Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?" 2 Taw 1:10. Kita pasti setuju bahwa permintaan Salomo itu baik, karena ia tidak meminta kekayaan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi jika kita selidiki kita akan menemukan ada hal yang berbahaya dalam doa ini karena sebetulnya Salomo memohon , "Tuhan berikan kepadaku alatnya, lalu aku akan kerjakan semuanya." Salomo meminta hikmat dan pengertian (alatnya) supaya ia bisa menjadi pemimpin yang menjadi hakim atas bangsa Israel (mengerjakan semuanya). Dewasa ini banyak pemimpin seperti Salomo, dikendalikan oleh hikmat dan pengertian namun tanpa tuntunan Roh Kudus. Jika kita telaah lebih jauh tentang Salomo, kita dapati dalam 1 Raj 4:32-33, "Ia menggubah tiga ribu amsal dan nyanyiannya ada seribu lima. Ia bersajak tentang pohon-pohonan, dari pohon aras yang digunung Libanon sampai kepada hisop yang tumbuh pada dinding batu; ia berbicara juga tentang hewan dan tentang burung-burung dan tentang binatang melata dan tentang ikan-ikan." Salomo begitu mengandalkan hikmatnya sehingga nampak ia begitu megah, agung dan bijak di mata khalayak ramai sampai-sampai Tuhan kalah pamor. Tapi sayangnya, Salomo tidak mempraktekkan apa yang ia kotbahkan. Dalam Alkitab diceritakan, ia mempunyai banyak istri, pergi dengan wanita-wanita asing dan akhir hidupnya berakhir dalam penyembahan berhala yang buruk dan imoralitas. Kerajaannya dirongrong dan terkoyak karena intrik-intrik politik sampai-sampai Tuhan murka dan membangkitkan lawan politik Salomo (I Raja-raja 11).

Semua buah-buah hasil kotbah dan nyanyiannya pada akhirnya menjadi hal yang tidak bermoral, tidak membuahkan pertobatan dalam hidup orang lain. Mungkin jika Salomo hidup jaman ini, pasti Salomo sudah menjadi selebritis yang dipuja-puja penggemarnya dan hampir tiap hari menghiasi layar kaca kita. Lagu-lagunya dibawakan oleh penyanyi ngetop dan musik pengiringnya juga dimainkan oleh maestro pemusik, lagu-lagu yang dinyanyikan membawa pesan-pesan moral dan nasihat-nasihat yang baik ... tetapi tidak membawa perubahan kehidupan. Betapapun elok dan bijaksana pemimpinnya, jika tanpa tuntunan Roh Kudus kepemimpinannya akan membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kitab Pengkotbah, akhirnya Salomo mengakui bahwa segala sesuatu itu sia-sia. Salomo kelihatannya mempunyai jawaban, luar biasa memang, tetapi tidak menghasilkan apa-apa.

Model Kepemimpinan Daud adalah model kepemimpinan yang bergantung penuh pada Tuhan. Daud diurapi dan sejak saat itu Roh Tuhan berkuasa atasnya! Sebelum Daud meninggal, ia memberitahukan kepada Salomo rahasia keberhasilan kerajaan (1 Sam 16:13). "Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku, firman-Nya ada di lidahku." (2 Sam 23:2)

Daud menyampaikan tentang hati yang hancur, dan selalu terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Daud sangat menghormati Roh Kudus, sehingga ia meminta supaya Tuhan jangan mengambil Roh-Nya daripadanya. Daud sadar bahwa ia bukan siapa-siapa tanpa Roh Kudus. Sebagai perbandingan rasul Pauluspun dengan keyakinan teguh mengandalkan kekuatan Roh Kudus, "Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya imanmu jangan bergantung kepada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah." (1 Kor 2:4-5)

Perbedaan model kepemimpinan Salomo dan model kepemimpinan Daud terletak pada hati yang selalu bertobat, selalu mengandalkan Tuhan, selalu haus dan lapar akan kasih Tuhan. Sering kita dapati di Alkitab, Daud berseru kepada Tuhan, tetapi jarang kita jumpai Salomo berseru kepada Tuhan? Salomo berkata dalam 1 Raj 8:61 supaya berpaut kepada Tuhan dan mengikuti segala perintah Tuhan, tetapi Salomo sendiri melanggar perintah Tuhan! Dalam kitab Ulangan tertulis peraturan bagi raja untuk tidak memelihara banyak kuda dan jangan mengembalikan bangsa Israel ke Mesir demi mendapatkan banyak kuda. (Ulangan 17:16-17). Kuda berarti kekuatan manusia. Orang Mesir bergantung kepada kuda dan kereta. Juga dikatakan raja tidak boleh mempunyai banyak istri dan mengumpulkan emas dan perak supaya hatinya tidak menyimpang. Salomo tahu perintah ini bahkan dia mengotbahkan hal ini tetapi dia sendiri melanggarnya.

Salomo mempunyai banyak kuda yang dibawa dari Mesir (1Raj 10:28). Salomo mencintai banyak wanita asing dari Mesir dan Moab (1 Raj 11:1-2), mengawini mereka semua dan membawa mereka ke istananya. Dia mulai membawa masuk hal-hal yang dilarang oleh Allah. Mesir adalah perlambang profanitas dan Firaun melambangkan setan. Salomo mulai menduakan Tuhan. Doa Salomo yang mau berjalan sesuai dengan kehendak Allah, tidak terjadi kerena hatinya tidak terbuka untuk dikoreksi oleh Roh Kudus. "Salomo melakukan apa yang jahat dimata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan, seperti Daud, ayahnya." (1Raj 11:6), Daud bukanlah orang yang sempurna, ia melakukan perzinahan, ia membunuh orang tidak bersalah, tetapi setelah berbuat dosa, Daud mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah! (Mzm 51:1-13). Hati yang penuh penyesalan inilah yang membuat Daud berubah. "Aku berseru kepada Tuhan dan Ia mendengarku dari gunung-Nya yang Kudus dan aku akan tidur dengan nyenyak." Salomo memulai dengan baik tetapi ia tidak mengakhirinya dengan baik. Daud adalah seorang yang biasa, yang menerima urapan Allah dan terus berjalan dalam urapan itu. Hatinya terus terbuka bagi Tuhan. Banyak orang yang berkata "Aku bisa melakukannya dengan kemampuan dan kepandaianku.." tetapi ada orang lain berkata dengan penuh kerendahan hati "Tuhan pimpinlah aku, karena aku tidak mampu berjalan sendiri..."

Minggu, 24 Mei 2009

Di Manakah Dunia Nyata Kita?

Saat itu saya terheran-heran mendengar koq bisa-bisanya tetangga saya ribut dengan ketua RT kami soal iuran RT yang dinaikkan tanpa ada pemberitahuan dan kesepakatan warga dan anehnya mereka ribut melalui sms, saling berbalas sms. Padahal pada rapat RT yang membahas perihal kenaikan iuran tersebut tentangga saya ikut hadir namun mungkin ia tidak sadar atau terlalu asyik mengobrol dengan tetangga lainnya sehingga saat pembahasan ia tidak sadar, ketika keputusan telah diambil ia baru sadar tapi tak puas. Alhasil gerundelanlah yang keluar dari mulutnya dan gerundelan tersebut tersalurkan lewat layanan pesan singkat alias sms.
Saya juga pernah ribut dengan seseorang lewat sms perihal bisnis kata-kata yang muncul di layar kiranya membuat darah mengalir deras melawan gaya gravitasi. Kedengarannya mungkin lucu tapi daripada berhadap-hadapan, muka bertemu muka mungkin kelanjutannya bisa jadi jotos berbalas jotos.
Orang bisa ancam mengancam lewat sms, bisa meneror orang lain, bisa meneror orang banyak bahkan atau juga bisa menyebarkan “keajaiban” atau “mujizat” melalui sms. Ketua KPK non aktif juga bisa tersandung perkara yang haibat lewat berbalas sms.
Beberapa mailing list yang saya ikuti juga mirip-mirip juga dengan fenomena berbalas sms, orang berdebat dengan sengit di dunia maya tanpa perlu khawatir akan ada jotos yang siap dilayangkan.
Kita bisa bersembunyi identitas lain saat kita berkomunikasi lewat internet. Berdebat sengit di internet juga tidak perlu khawatir karena toh orang lain tidak tahu siapa kita sebenarnya dan lagi... jauh entah di mana.
Sebaliknya beberapa teman-teman semasa 25 tahun lalu saat saya masih duduk di bangku SMP terhubung kembali lewat internet tapi sekarang lebih asyik lagi lewat situs-situs sosial semacam “facebook” , friendster atau myspace. Beberapa teman yang sudah tak tahu lagi di mana rimbanya sejak jaman dahulu kala tiba-tiba muncul minta di-add atau di-recommend oleh teman lain yang sudah lebih dahulu terhubung. Sesudahnya kita bisa ngobrol atau chatting dengan mereka-mereka yang muncul kembali ini lewat fasilitas IRC di dunia maya. Hebat bukan?
Potret di atas adalah potret komunikasi orang modern, kita berkomunikasi lewat telpon, telpon genggam, internet de el el, de el el. Dunia semakin sempit dalam genggaman tangan kita, teman kita nun jauh di sana hadir hanya sejauh antara mata kita yang memelototi monitor komputer di depan kita.
Kemarin beberapa dari kami teman sekolah semasa SMP bertemu istilahnya kopi daratlah gitu. Beberapa teman terlambat datang karena terjebak macet di jalan akhirnya acara yang semula dijadwalkan jam 19.00 molor menjadi pukul 21.00 dan kesempatan mengobrol sangat kurang, saat berpisah saya katakan pada teman saya bahwa sekarang ini dunia nyata kita bukan saat kita bertemu karena kita bisa bertemu muka dengan muka hanya bisa dihitung dengan jari bahkan mungkin dengan jari dalam satu tangan, dunia nyata kita sekarang ini adalah dunia maya. Abis tiap kali ketemu pasti di dunia maya dan tak terhitung banyaknya.
Kita memang hidup di dunia yang serba maya, orang serasa masuk dalam pusaran informasi, kita pun tak kuasa menahan pusaran ini. Mau tak mau sekarang ini orang punya ponsel, rasanya tercerabut dari dunia kalo tak berponsel. Coba bayangkan kalau sehari saja kita lupa bawa ponsel dunia rasanya runtuh. Padahal dulu gak apa-apa tuh kalo gak punya ponsel. Sehari saja tak connect internet untuk buka situs-situs sosial serasa haus banget kayak di padang gurun. Sampai-sampai sekarang ponsel dan internet telah menyatu dalam gadget yang bernama blackberry.
Saya merasa di satu sisi baik bahwa kita bisa terhubung dengan teman-teman yang sudah lama tak bertemu, atau mengirim pesan singkat agar dengan segera penerima di seberang sana tahu apa yang kita maksud bahkan dunia sekarang ini lebih menciut dalam genggaman karena teknologi telekomunikasi yang amat sangat canggih.
Masalahnya sekarang apakah komunikasi kita bertambah kualitasnya? Coba kita perhatikan iklan salah satu operator seluler di mana tiga orang berada dalam satu mobil tapi masih saja berkomunikasi melalui ponsel dengan modus percakapan, padahal ujung-ujungnya mereka berkomunikasi verbal langsung juga. Para mahasiswa sekarang ini lebih senang berkutat di warnet atau bersms ria daripada bertemu muka. Tetangga saya lebih senang berantem lewat sms dengan Pak RT daripada datang berbicara langsung. Saya sendiri akhirnya lebih memilih untuk datang ke rumah rekan bisnis saya dan akhirnya kita bisa bicara dengan kepala dingin dan ternyata memang itulah yang semestinya menurut saya karena dengan hadir berarti saya sepenuhnya menyediakan diri saya sepenuhnya pada saat itu untuk memecahkan masalah tersebut.
Lewat media-media tersebut kita bisa semakin kejam atau semakin jenaka atau apalah karena kita tidak hadir sepenuh-penuhnya, kita masih bisa bersembunyi di balik topeng-topeng . Coba saja bila kita hadir sepenuhnya, seluruh diri kita akan memancarkan pesan-pesan yang bila ditangkap oleh orang lain terutama yang peka akan menjadi lain bila hanya melalui media telekomunikasi. Mungkin saja saat bertemu langsung orang yang kita jumpai itu tidak sejenaka atau sekejam seperti dia di internet atau juga tidak sebaik seperti di internet. Suaranya bisa kita dengar, wajahnya bisa kita lihat tapi emosinya tidak bisa kita tangkap sepenuhnya.
Media telekomunikasi memang membuat orang dapat menggenggam dunia nun jauh di sana dalam tangannya, tapi pertanyaannya apakah dunia yang dekat di sekitar kita bisa kita sentuh? Apa jadinya bila kita sibuk on-line tapi lupa makan, lupa minum, lupa menyapa orang-orang di sekitar kita, anggota keluarga kita atau rekan sekomunitas? Atau karena kecanduan on-line kita sampai-sampai tidak peduli tentang hal-hal yang terjadi di sekitar kita, di dalam rumah kita, di dalam keluarga kita? Kita lebih peduli teman di ujung dunia sana daripada keluarga kita? Akhirnya kita malah tercerabut dari dunia nyata kita. Kita menjadi asing bahkan dengan orang-orang terdekat yang berada di sekitar kita. Moga-moga dunia nyata kita tetap sesuatu yang nyata yang berada di sekitar kita, yang bisa kita rasakan kehadirannya dan mereka juga bisa merasakan kehadiran kita sepenuhnya bukan di YM, MSN atau IRC lainnya. Bukan lewat sms dan juga bukan di facebook, friendster atau situs-situs sosial lainnya.
Andrew Jansen

Good Corporate Governance vs Good Body Condition Maintaining

The term of Good Corporate Governance nowaday is using broadly among the people in term of managing the corporation. For me Good Corporate Governance is a system that manage the corporate compare to our body which is consist of system that manage the internal system that manage the body itself or the system that manage how it encountered with the outer thing. This system can move on and grows up because of support from organs that construct the system. In order to maintain the good work of this organs, this organs needs a nutrition as a fuel to make the organs work beside the treatment that ensure the organs works good comply to its function.
We mention company as a corporate. The etimology of this word is same word of body, the body has to be alive that's why it always do activities to stay alive or survive. To staying alive the body has to be supported by nutrition intake, has to be moved and has to be taken care of. Same as a body the corporate has to be managed as good as we are taking care of our body. There are 3 (three) things that has to become our concern when we discuss about good corporate governance:

1. The Body Needs Nutrition
Not just a nutrition but the good nutrition, the healthy nutrition and not harmful. The nutrition is same with the capital in the corporate. The corporate needs capital to sustain a corporate live. Capital can be generate from profit or revenue, and the practices to earn the profit or revenue has to be guaranteed comes from legal and conform to proper practices and doesn't bring any damage to another parties. The capital has to be use in proper and legal way and brings benefit for any stakeholder that involves direct or undirecly to the business practices. This is important to ensure that the corporate doesn't keep a time bomb that can be explode some times in the future due to malpractice of business.

2. The Body Needs Movement
To ensure that the body is keeping alive, any organ has to do a movement. The Corporate has to move on in term of making profit and then to gain a capital. How they can have a food if they do not move on to earn that. In their movement the corporate has to practice the legal and proper movement and doesn't endangered their live or another live. Body indeed can be trained to perform a diffucult movement that not everybody can do it but there are limitation that body can do. Corporate can create a sophisticated manoevre in running their business but the good corporate always practice the legal movement and efford the benefit and fairness for every stakeholder direct or indirectly.

3.The Body Needs Maintaining.
Good shape of body is maintained regularly, good sanitation and healthy living style, exercise to make any muscles stay in the good condition. Good Corporate always perform a rejuvenation to make them keep updated and stay fit to fight any new challanges that coming fastly and changing fastly. the corporate has to stay flexible, ready and embrace the changes any time it comes around. This is signed by a regeneration of leadership, good regeneration in the corporate has to be based on meritocracy, who is competence and mature is eligible to hold a position. Anyone who involves as a stakeholder has to be given a chance to improve their ability and potential, to achieve a good career and remuneration based on their performance. And there are no limitation or banned from any other parties. Regeneration keeps the corporate survive

To ensure these 3 things works better then we need a discipline. Eat regularly and proportionally, work regularly and proportionally, exercise regularly and proportionally is needed to make sure that our body stay in good condition. Our body balance can be disturb if we don't do these 3 things. This things is refer to system and procedure in the corporate. System and procedure is needed to ensure that each employee know and understand what is his/her main job and responsibilities and how he/she has to do his/her job to whom they have to reported to and how to he/she communicate with another department or parties. Besides every stake holder is provided an access to know what the corporate is doing now or has done or what is the corporate plan for the future, this mechanism can create a feedback system for a corporate to improve their practices or change the approaching and to achieve better than they are doing now or to repriminded corporate if there any dissorder or mispractice in their running.

Senin, 23 Februari 2009

Capek Jadi Pengurus Lingkungan

Capek Jadi Pengurus Lingkungan?

Semasa saya menjabat sebagai ketua lingkungan di salah satu wilayah di paroki ini, terus terang saya merasa ogah menerima jabatan ini. Klasiklah alasannya gak ada waktu untuk ngurusin hal-hal seperti: mengadakan doa rosario, mengadakan pembahasan kitab suci dalam rangka bulan kitab suci nasional, membantu warga yang sedang berduka cita, de el el, de el el. Apalagi di wilayah saya kebanyakan warganya adalah lansia, mudikanya sedikit.

Awal-awalnya saya jadi ketua lingkungan saya mengunjungi semua warga yang ada di lingkungan saya. Kunjungan ini hanya sekadar menyapa, mengakrabkan diri dengan warga dan memberitahukan bahwa saya adalah ketua lingkungan baru di lingkungan ini, silakan menghubungi saya kalo butuh pelayanan yang berhubungan dengan Gereja Katolik.

Pada tahap awal saya masih mengadakan kegiatan di lingkungan saya, namun lama kelamaan saya bosan juga karena hukum 4 L (Lu Lagi Lu Lagi) mulai berlaku. Orang-orang yang hadir dalam acara-acara lingkungan ya...yang itu-itu lagi. Kadang warga baru muncul tapi tak berapa lama tenggelam atau malah hanya ada yang hanya mendaftar tapi setelah itu tak tahu di mana rimbanya. Ada warga yang muncul hanya pada saat tahun ajaran sekolah untuk minta surat keringanan pembayaran sekolah setelah itu kembali ke keheningannya alias tidak muncul-muncul dalam kegiatan lingkungan. Ada juga warga yang menggebu-gebu ingin mengadakan acara rutin pembahasan kitab suci bahkan bersedia menjadi fasilitatornya tapi sayang acara ini berlangsung hanya 5 bulan setelah itu hilang tak berbekas karena umat yang hadir 4L.

Alasan demi alasan saya terima seputar tidak ada waktulah...repot kalo rumahnya ketempatan bla..bla. Sampai akhirnya saya kehilangan semangat mengadakan kegiatan-kegiatan di lingkungan, saya sempat ngambek dan bilang ke warga saya bahwa kegiatan-kegiatan ini atau itu tidak akan saya adakan kecuali ada warga yang meminta atau mengusulkan dan mau membantu saya melaksanakan kegiatan itu.

Cara ini cukup efektif untuk membuat umat kembali bergairah, tapi tetap hukum 4L kembali muncul walau kadarnya berkurang. Beberapa warga yang tadinya tidak pernah muncul sekarang mau ikut serta dan ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan lingkungan.

Suatu ketika di tahun 2003 hingga 2004 saya mendapat kesempatan berkantor di salah satu pencakar langit tertinggi di kota Jakarta ini. Yang membuat saya terkejut adalah banyak sekali karyawan-karyawati Katolik yang bekerja di gedung tersebut atau dari gedung sebelahnya yang menghadiri kegiatan-kegiatan setiap hari Jum’at pada jam makan siang yang diadakan pengurus komunitas Katolik di gedung itu entah Misa Jumper (Jum’at Pertama) atau Doa Rosario (kalau pas bulannya) atau Jalan Salib (saat prapaska) atau ibadat saat Adven. Pengurus-pengurusnya rela bekerja di sela-sela kesibukan mereka di kantor untuk mengurusi hal-hal seperti ini.

Memang tidaklah adil jika kita membandingkan kedua potret di atas, ini seperti membandingkan jeruk dengan apel ya... jauh kemana-mana lah bedanya. Namun poin yang ingin saya ambil dari dua cerita ini adalah saat kita berada dalam zona kenyamanan kita cenderung untuk malas melakukan apapun tapi saat kita berada dalam zona ketidaknyamanan karena ada tekanan-tekanan dalam hidup kita (terutama tekanan pekerjaan), kita berusaha mencari daerah-daerah atau saat-saat yang membuat kita nyaman, adem.

Setiap orang pasti mengalami tekanan dalam hidup yang berbeda hanya besarnya tekanan tersebut pada masing-masing orang. Menurut saya, setiap orang pasti butuh semacam oase atau mata air yang sejuk di tengah padang gurun kersang kehidupan. Sebagai seorang yang bergiat dalam organisasi spiritual saya termasuk yang gagal membangun semacam oase tersebut dalam lingkungan yang saya layani. Namun ijinkanlah saya membagikan beberapa hal berharga yang saya petik dari kegagalan-kegagalan saya dalam melayani lingkungan: pertama adalah saya tidak boleh jemu-jemunya mengadakan kegiatan-kegiatan walau hukum 4L hinggap karena mungkin saja orang tidak punya waktu untuk hadir sekarang karena kesibukan mereka, atau mereka mungkin saja sedang berada dalam zona kenyamanan karena hidup berjalan lancar-lancar saja. Tapi suatu saat mereka pasti membutuhkan kegiatan-kegiatan semacan itu, moment-moment seperti itu dimana secara spiritualitas orang mengalami peneguhan karenanya Untuk hal ini, dulu ketika masih jadi pengurus mudika kami pernah dimarahi Pastor Kurris karena kami tidak mengadakan acara malam tahun baru seperti yang sebelum-sebelumnya. Kedua saya belum mengenal dengan baik apa yang menjadi kebutuhan umat saat itu, potensi-potensi apa saja yang ada di lingkungan saya. Sehingga saya sering kehabisan ide atau inspirasi tentang kegiatan-kegiatan macam apa yang harus diadakan atau dikemas ulang dalam kemasan baru. Saya kurang dekat dengan mereka terutama secara pribadi. Ketiga saya tidak mampu untuk mengorganisir dan mengelola potensi-potensi tersebut menjadi kekuatan yang pada akhirnya menjadi tenaga untuk memberdayakan mereka kembali.

Selain itu saya merasa bahwa dukungan dari pihak paroki belum maksimal karena pembekalan-pembekalan untuk para pemuka lingkungan saat itu masih kurang, pedoman bagi pemuka lingkungan belum baku sehingga kesan yang timbul adalah trial and error dan semuanya harus dikonsultasikan dengan paroki, hal ini membuat pemuka lingkungan kadang-kadang kurang luwes dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan umat.

Tapi terlepas dari itu semua, bahwa menjadi seorang pemuka lingkungan walaupun banyak tantangan dan rintangan baik dari dalam maupun dari luar, walaupun sering frustasi, mangkel dan bahkan pake ngambek juga, hal itu membuat saya banyak belajar terutama belajar memahami dan mendengarkan orang lain.

(Andrew Jansen)