Minggu, 19 September 2021

🍭PERMEN LOLIPOP🍭


Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati
lembah permen lolipop.

Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal.

Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.

Uniknya, dikiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang
berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti
berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil.

Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut.


Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang
terlihat sangat banyak didepannya.

Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas
karungnya.

Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen
tersebut tidak pernah habis,

maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang
dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.

Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".

Itulah batas akhir lembah permen lolipop.

Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.

Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah 
permen lolipop?

Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk?

Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu
juga sangat lezat."


Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi.

Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.

Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop
yang terasa berat di dalam tas karungnya.

Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab
pertanyaan lelaki itu, "Saya lupa makan permennya!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.

"Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali.

Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya."

"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob.


"Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.

Rasanya lezat sekali.

Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita
panjang lebar kepada Bob.

"Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan.

Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas
saya.

Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu.

Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia
lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.

Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu.

Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati
kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam
tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal
dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang
berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan.

Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."

Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."

Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan
kembali perjalanannya.


Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja.

Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.

Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?

Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya
mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti...

nanti pada waktu saya sudah menikah...

nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri...

nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya...

nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya...

nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "

Pemikiran 'nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat sekarang'.

Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang 
masa 'nanti' bahagia.

Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah
mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa 'nanti' bahagia.

Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai
di masa 'nanti' bahagia itu.

Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita
capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu...

tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita;

pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan,

pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita,


pada saat makan malam bersama keluarga,

pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam
acara bakti sosial tanggap banjir;

terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;

memelankan ritme makan kita,

memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita,

berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari
setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil
kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.

Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang.

Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur
seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

Selamat menikmati kehidupan ini. 
GBU 
🙏😇

Rabu, 15 September 2021

IMAM YANG BERPIKIR DIA GAGAL


Pastor paroki dari sebuah kota kecil tiba di gereja dengan semangat dan motivasi untuk melakukan Misa malam lagi, tetapi jam telah berlalu dan umat kota itu tidak datang. Setelah penundaan 15 menit, tiga anak masuk, setelah 20 menit dua orang muda masuk. Jadi imam memutuskan untuk memulai misa dengan lima orang. Selama Misa, sepasang suami istri datang yang duduk di bangku terakhir gereja.

Ketika imam berkhotbah dan menjelaskan Injil, orang setengah kotor lainnya masuk dengan seutas tali di tangannya. Kecewa dan tidak memahami penyebab lemahnya keterlibatan umat beriman, imam merayakan Misa dengan cinta dan berkhotbah dengan antusias dan semangat.

Dalam perjalanan pulang, dia dirampok dan dipukuli oleh dua pencuri yang mencuri mapnya di mana Alkitab dan barang berharga lainnya berada. Sesampainya di rumah paroki dan membalut lukanya, dia menggambarkan hari itu sebagai:
Hari paling menyedihkan dalam hidup saya, kegagalan pelayanan saya, dan hari paling tidak berbuah dalam karir saya; tapi... tidak apa-apa, saya melakukan segalanya dengan Tuhan dan untuk Dia.

Setelah lima tahun, imam memutuskan untuk membagikan kisah ini kepada umat paroki di gereja. Ketika dia selesai bercerita, sepasang suami istri di paroki itu menghentikannya dan berkata, romo, pasangan dalam cerita yang duduk di belakang itu adalah kami. Kami berada di ambang perpisahan karena beberapa masalah dan perselisihan di rumah kami. Malam itu kami akhirnya memutuskan untuk bercerai, tetapi pertama-tama kami memutuskan untuk datang ke gereja untuk terakhir kalinya sebagai pasangan dan kemudian masing-masing akan mengikuti jalan mereka. Sementara itu, kami mengesampingkan pikiran tentang perceraian setelah mendengarkan homili Anda pada malam yang sama. Hasilnya, hari ini kami di sini dengan rumah dan keluarga kami dipulihkan".

Saat pasangan itu berbicara, salah satu pengusaha paling sukses yang membantu kehidupan orang-orang di gereja itu memberi hormat, meminta untuk berbicara. Dan memberinya kesempatan, pengusaha itu berkata, romo, saya adalah orang yang datang setengah kotor dengan tali di tangan saya. Saya berada di ambang kebangkrutan, tersesat dalam narkoba, istri dan anak-anak saya telah meninggalkan rumah karena perilaku saya. Malam itu saya mencoba bunuh diri tapi talinya putus jadi saya keluar untuk membeli yang lain. Ketika saya di jalan, saya melihat gereja terbuka, saya memutuskan untuk masuk meskipun saya benar-benar kotor dan memiliki tali di tangan saya. Malam itu, homilimu menusuk hatiku dan aku keluar dari sini sebagai orang yang berubah. Hari ini saya lepas dari narkoba, keluarga saya pulang dan saya menjadi pengusaha paling sukses di kota."

Di gerbang pintu masuk sakristi, Diakon berteriak, romo, saya adalah salah satu pencuri yang mencuri barang-barang Anda. Yang lain meninggal pada malam yang sama saat kami melakukan perampokan kedua. Di dalam tasnya, ada sebuah Alkitab. Saya membacanya setiap kali saya bangun di pagi hari. Setelah semua bacaan ini, saya memutuskan untuk menerapkannya dalam hidup saya dan berpartisipasi di gereja ini."

Romo itu terkejut dan mulai menangis bersama umat. Bagaimanapun, malam yang dia anggap sebagai malam kegagalan adalah yang paling berbuah dari pelayanannya.

PESAN MORAL DALAM CERITA

Latihlah 'panggilan' (pekerjaan/misi) Anda dengan dedikasi dan semangat.
Berikan yang terbaik setiap hari, karena Anda adalah instrumen kebaikan bagi kehidupan seseorang.
Di hari-hari terburuk dalam hidup Anda, Anda masih bisa menjadi berkat bagi orang lain.
*Tuhan dapat menggunakan keadaan buruk′′ dari sebuah kehidupan untuk menghasilkan yang terbaik bagi orang lain.*

*Anda diberkati dalam setiap panggilan misi bersama Tuhan.*