Suatu hari, ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua yang
bijaksana. Si anak muda bertanya, "Pak, sebagai seorang yang sudah
kenyang dengan pengalaman tentunya anda bisa menjawab semua pertanyaan
saya".
"Apa yang ingin kau ketahui anak muda
?" tanya si orang tua. "Saya ingin tahu, apa sebenarnya yang
dinamakan impian sejati di dunia ini". Jawab si anak muda.
Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan si
anak, tapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai. Sampai di suatu sisi,
kemudian mereka berjalan menuju ke tengah laut. Setelah sampai agak ke
tengah di tempat yang lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba
mendorong kepada si anak muda ke dalam air.
Anak muda itu meronta-2, tapi orang tua itu
tidak melepaskan pegangannya. Sampai kemudian anak muda itu dengan sekuat
tenaga mendorong keatas, dan bisa lepas dari cekalan orang tua tersebut.
"Hai, apa yang barusan bapak lakukan,
bapak bisa membunuh saya" tegur si anak muda kepada orang bijak
tersebut. Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan si anak, malah balik
bertanya ,"Apa yang paling kau inginkan saat kamu berada di dalam air
tadi ?". "Udara, yang paling saya inginkan adalah udara".
Jawab si anak muda.
"Hmmm, bagaimana kalo saya tawarkan
hal yang lain sebagai pengganti udara, misalnya emas, permata, kekayaaan,
atau umur panjang ?"tanya si orang tua itu lagi.
"Tidak ….. tidak ……
tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini diberikan
kepada saya, tidak ada yang bisa menggantikan udara ketika saya berada di
dalam air" jelas si anak muda.
"Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu
sendiri kalau begitu. KALAU KAMU MENGINGINKAN SESUATU SEBESAR KEINGINANMU
AKAN UDARA KETIKA KAMU BERADA DI DALAM AIR, ITULAH IMPIAN SEJATI" kata
si orang tua dengan bijak.
Apakah Kita saat ini mempunyai impian sejati ?
Banyak orang yang mengatakan impian mereka ini, atau itu, tapi sebagian besar yang mereka sebutkan adalah keinginan belaka, bukan impian. Keinginan sifatnya tidak mendesak. Kalo bisa dapat syukur, nggak dapat juga tidak apa-apa. Kalo bisa mobil BMW, kalo nggak, Kijang juga gak apa-2.
Banyak orang yang mengatakan impian mereka ini, atau itu, tapi sebagian besar yang mereka sebutkan adalah keinginan belaka, bukan impian. Keinginan sifatnya tidak mendesak. Kalo bisa dapat syukur, nggak dapat juga tidak apa-apa. Kalo bisa mobil BMW, kalo nggak, Kijang juga gak apa-2.
Ada pula orang yang mempersepsikan impian dengan harapan.
Keduanya mirip namun berbeda. Harapan lebih kepada sesuatu di masa depan
yang terjadi dengan sendirinya atau atas hasil kerja orang lain. Campur
tangan kita kecil sekali, atau bahkan tidak ada. Impian tidak seperti itu.
Apapun yang terjadi, mau tidak mau, dengan perjuangan sekeras apapun impian
itu HARUS tercapai.
Impian terbaik seorang manusia adalah
ketika dia berusia dibawah lima
tahun. "Saya mau jadi dokter, mau jadi pilot, mau jadi pengusaha, dll
……" bukankah itu yang kerap dikatakan oleh anak-anak kita
?
Sayangnya, begitu mereka menginjakkan kaki
di bangku sekolah, mereka `diharamkan' membuat kesalahan. Selain itu,
mereka juga mulai diajarkan melihat realitas dunia – dari sisi yang
negatif.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di
Amerika, seorang remaja hingga dia berusia 20 tahun, rata-rata akan
menerima 20.000 macam kata "NO". "Jangan nakal, jangan main
air, jangan kesana, jangan malas, jangan pergi, dan ribuan kata jangan yang
lain. Memang tujuannya baik karena mengajarkan kita agar dapat hidup
dengan baik.
Tapi karena terlampau seringnya kata "NO' itu diterima, akan mempengaruhi pula alam bawah sadar manusia. Sehingga setiap kali kita memikirkan sesuatu yang baru,
misalnya impian, yang pertama kali terlintas di benak kita adalah kata "NO".
Tapi karena terlampau seringnya kata "NO' itu diterima, akan mempengaruhi pula alam bawah sadar manusia. Sehingga setiap kali kita memikirkan sesuatu yang baru,
misalnya impian, yang pertama kali terlintas di benak kita adalah kata "NO".
Banyak juga orang saat ini apabila ditanya
apa impiannya, mereka menjawab tidak tahu.
Mungkin orang-2 tersebut menganggap hidup adalah suatu nasib, sehingga
sekeras apapun mereka bekerja atau setinggi apapun impian mereka, namun
apabila nasib tidak menghendaki mereka sukses, mereka tidak akan sukses.
Atau ada pula tipe orang yang terjebak di
dalam `comfort zone', dimana kehidupan mereka saat ini sudah nyaman, atau
setidaknya berkecukupan.
Mereka merasa tidak perlu membuat suatu impian yang lebih besar. Mereka mungkin akan berkata "Ah, buat apa rumah besar-besar …. Bisa ngontrak aja sudah bagus ……".
Mereka merasa tidak perlu membuat suatu impian yang lebih besar. Mereka mungkin akan berkata "Ah, buat apa rumah besar-besar …. Bisa ngontrak aja sudah bagus ……".
Tipe ketiga, ada orang yang SENGAJA tidak
mau membuat impian, karena ……. malu jika ditertawakan orang
lain, dianggap norak, nggak tau diri, atau bahkan gila. Nah, sebenarnya
bukan kita yang norak, tapi karena hidup kita sudah terlalu penuh
dikelilingi oleh orang-orang dengan pikiran negatif, dimana mereka akan
merasa `tidak suka' jika ada seseorang yang tadinya setingkat dengan
mereka, lalu mau pergi ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka akan berusaha
dengan ejekan, sindiran dan usaha-usaha lain agar kita tetap `selevel'
dengan mereka. Kalau kita ingin membuktikan, coba besok pagi di kantor,
katakan kepada rekan-2 kita, "Saya punya impian untuk jadi orang
sukses. Saya akan berusaha keras mencapainya, untuk membawa saya dan keluarga saya
ke tingkat yang lebih baik". Lalu coba lihat ….. berapa banyak
yang mentertawakan anda …..
Dan coba lihat pula berapa orang yang mendukung kita. Mungkin hampir tidak ada yang mendukung kita. Masih maukah kita meraih impian tersebut ….. setelah kita ditertawakan ….?
Dan coba lihat pula berapa orang yang mendukung kita. Mungkin hampir tidak ada yang mendukung kita. Masih maukah kita meraih impian tersebut ….. setelah kita ditertawakan ….?
Yakinlah bahwa kita saat ini
masih mampu menciptakan impian-2 kita, asalkan kita mau menghilangkan
segala penghalang di dalam benak kita. Cobalah untuk berpikir bebas,
seperti anak berusia 5 tahun. Jangan hiraukan apa yang dikatakan orang
tentang impian kita, tapi berusahalah agar impian itu tercapai.
Memang benar, kita tidak akan bisa mencapai
semua impian kita. Tapi tanpa punya impian, kita tidak akan meraih apa-apa.
Mari kita ciptakan impian, wujudkan, dan raih hasilnya !