Jumat, 12 April 2013

Beda Orang Barat dengan Orang Timur

Memang menarik memahami Budaya Asia (Timur) dan membandingkannya dengan Budaya Barat.
Budaya ketimuran nampak pada hampir semua suku bangsa di Asia (Orang Indian, Jepang, Muang Thai, Korea, Indonesia, Melayu, Dayak, dan masih banyak lagi...). Ikon-ikon berikut dirancang oleh Liu Young yang lahir di China dan mengenyam pendidikan di Jerman.
Biru --> Orang Barat
Merah --> Orang Asia 

Opini

B: langsung to the point.
R: blunder muter-muter dulu, apalagi kalo opininya berbeda paham.


Cara Hidup


B: individualis, mikirin kehidupannya sendiri.
R: demen kumpul2 sama saudara, ngurusin problem family.


Ketepatan Waktu


B: on time.
R: in time.


Kontak


B: contact to related person only.
R: semua temen, semua sodara, relasi luas, bisnis lancar.


Marah


B: marah ya marah.
R: marah tapi ramah.


Antri saat Menunggu


B: biasa antri teratur.
R: rebutan dong, siapa cepat dapat lah.

Hari Minggu Jalan-jalan
 

B: menikmati weekend with his own way
. R: doyan ke tempat2 keramaian, mal, dll.
 
Saat Pesta

B: bebas-bebas aja berkelompok dengan groupnya sendiri.
R: semua fokus ke satu acara party yang diarrange EO.


Di Restoran


B: ngobrol pelan-pelan di resto.
R: ribut ngobrol keras-keras and ketawa-tiwi, ga peduli meja sebelah.


Jalan-Jalan


B: demen sightseeing, yang penting menikmati pemandangannya.
R: yang penting foto-foto untuk memory, pemandangan cuma jadi background.


Menangani Masalah


B: tabrak aje, yang penting solve the problem.
R: sebisa mungkin menghindari masalah, or jangan sampe ninggalin jejak.


Makan tiga kali sehari


B: makan kenyang 1 kali sehari.
R: 3 x makan, ya kudu 3 x kenyang.

Transportasi

B: dulu pake mobil, sekarang udah care sama environment & health yang ga polusi.
R: dulu sengsara pake sepeda, sekarang gengsi dong kalo ga pake mobil.



Hidup sehari-hari di masa tua 

B: udah tua lonely, paling ditemani Snoopy.
R: masa tua ga bakal kesepian, asal bantu ngemong cucu ya.


Mood dan Cuaca 

B: logikanya, hujan ya bikin repot.
R: banyak hujan, banyak hoki ya.


 Boss


B: boss juga member of team.
R: boss is dewa yang ditakuti.


What's Trendy


B: makanan Asia yang sehat.
R: makanan Barat yang bergengsi.


Anak-Anak

                B: it’s OK punya anak, ntar dia harus berjuang untuk hidup kayak kita. R: kerja jatuh bangun, segala-galanya demi anak, sang penerus generasi.


Jumat, 15 Maret 2013

Bagaimana jika Doa Malam kita diinterupsi oleh Tuhan???

P: Pendoa
B: Bapa di Surga

P: Bapa di surga …
B: Ya?

P: Jangan menyela. Aku sedang berdoa.
B: Tapi kamu memanggil-Ku.

P: Memanggil-Mu? Aku tidak memanggil-Mu. Aku sedang berdoa.
     Bapa di surga….
B: Nah, ya'kan, kamu melakukannya lagi.

P: Melakukan apa?
B: Memanggil-Ku. Kamu bilang, “Bapa di surga.” Aku di sini. Apa yang ada dalam benakmu?

P: Lho, aku tidak bermaksud apa-apa, kok. Aku ini'kan cuma sekedar mengucapkan doa malamku. Aku selalu berdoa      
     sebelum tidur. Itu merupakan kewajibanku.
B: Oh, baiklah. Teruskan.

P: Aku mengucap syukur atas segala berkat-Mu…..
B: Sebentar....... Berapa besar rasa syukurmu?

P: Apa?
B: Berapa besar rasa syukurmu atas segala berkat-Ku?

P: Aku…yah…aku tidak tahu. Aku tidak peduli. Bukankah itu memang bagian dari doa? Begitulah mereka mengajarku  
     berdoa.
B: Oh, baiklah. Teruskan…

P: Teruskan?
B: Ya, teruskan doamu.

P: Oh, ya. Berkatilah mereka yang sakit, yang miskin dan yang menderita …
B: Apakah kamu bersungguh-sungguh?

P: Ya, tentu saja.
B: Apa yang telah kamu lakukan untuk itu?

P: Lakukan? Siapa, aku? Tidak ada, kurasa. Aku hanya berpikir bahwa semua akan menjadi baik jika Engkau yang  
     berkuasa atas segala sesuatu di sini seperti Engkau berkuasa di atas sana, jadi manusia tidak perlu lagi 
     menderita.
B: Apakah Aku berkuasa atasmu?

P: Hmmm, aku pergi ke gereja, aku memberi kolekte, aku tidak…
B: Bukan itu yang Aku minta. Bagaimana dengan tingkah lakumu? Teman-temanmu dan juga keluargamu menderita 
     karena ulahmu. Juga caramu memboroskan uang…semuanya hanya untuk kepentingan dirimu sendiri saja. Dan 
     bagaimana dengan buku-buku yang kamu baca? 

P: Berhentilah mencelaku. Aku ini sama baiknya dengan orang-orang lain yang pergi ke gereja setiap hari Minggu.
B:  Ah, maaf. Aku pikir engkau meminta-Ku untuk memberkati mereka yang berkekurangan. Agar hal itu terjadi, Aku 
      perlu bantuan dari mereka yang memintanya……seperti kamu misalnya. 

P: Tolong, Bapa. Aku perlu menyelesaikan doaku. Ini sudah jauh lebih lama dari biasanya. Berkatilah para 
     misionarismu agar mereka dapat menolong orang-orang yang menderita. 
B: Maksudmu orang-orang seperti Dion?

P: Dion?
B: Ya, anak yang tinggal di ujung jalan itu.

P: Dion … tapi dia itu pemakai narkoba dan sering mabuk-mabukan, dan tidak pernah pergi ke gereja.
B: Pernahkah kamu melihat ke dalam hatinya?

P: Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin…
B: Aku melihatnya. Hatinya adalah salah satu dari hati yang paling pedih dan menderita.

P: Baiklah, kiranya Engkau mengutus misionaris-Mu ke sana, ya Tuhan. 
B: Bukankah kamu yang harus menjadi misionaris-Ku, utusan-Ku? Aku rasa Aku telah menyatakannya dengan amat 
     jelas dalam setiap Misa. 

P: Hei, sebentar. Apa-apaan ini. Apakah ini hari “Pengkritikan- ku"? Aku ini sedang melakukan kewajibanku, 
     melaksanakan perintah-Mu untuk berdoa. Dan tiba-tiba saja Engkau menyerobot masuk dan mulai membeberkan  
     semua kesalahanku.
B: Ah, kamu memanggil-Ku. Jadi, Aku di sini. Teruskan doamu. Aku tertarik dengan bagian selanjutnya. Kamu belum  
     mengubah susunan doamu'kan? Ayo...

P: Aku tidak mau.
B: Kenapa tidak mau?

P: Aku tahu apa yang akan Engkau katakan.
B: Ayo, coba dan lihatlah.

P: Ampunilah segala dosaku … dan bantulah aku untuk mengampuni sesamaku.
B: Bagaimana dengan Billy?

P: Nah, betul'kan. Sudah kuduga. Aku tahu Engkau akan mengungkit-ungkit masalah itu. Dengar Tuhan , ia berbohong 
     tentang aku sehingga aku dikucilkan. Semua temanku menyangka bahwa aku ini seorang pembohong besar, 
     padahal aku tidak melakukan apa-apa. Lihat saja, akan kubalas dia!
B: Tetapi, doamu? Bagaimana dengan doamu?

P: Aku tidak bersungguh-sungguh. 
B: Baiklah, setidak-tidaknya kamu berkata jujur. Aku pikir kamu memang senang membawa dendammu itu kemana-
     mana, ya'kan?

P: Tidak, aku tidak suka. Tetapi aku akan segera merasa puas begitu dendamku itu terbalaskan.
B: Kamu mau tahu suatu rahasia?

P: Rahasia apa?
B: Kamu tidak akan merasa puas, malahan akan semakin parah. Dengarkan Aku, kamu mengampuni Billy dan Aku 
     akan mengampunimu.

P: Tapi Tuhan, aku tidak dapat mengampuni Billy.
B: Kalau begitu, Aku juga tidak dapat mengampunimu.

P: Sungguh, apa pun yang terjadi?
B: Sungguh, apa pun yang terjadi. 
     Ah, kamu belum selesai dengan doamu. Teruskanlah.

P: Oh, ya …bantulah aku untuk menguasai diriku dan jauhkanlah aku dari pencobaan.
B: Bagus, bagus. Aku akan melakukannya. Tetapi kamu sendiri, jauhilah tempat-tempat di mana kamu dapat dengan 
     mudah dicobai.

P: Apa maksud-Mu, Tuhan?
B: Berhentilah berkeliaran di rak-rak majalah dan menghabiskan waktumu di sana . Sebagian dari yang ditawarkan di  
     sana , cepat atau lambat akan mempengaruhimu. Tiba-tiba saja kamu akan sudah terjerumus dalam hal-hal yang 
     mengerikan … dan jika itu terjadi, jangan memperalat-Ku sebagai pintu keluar darurat.

P: Pintu keluar darurat? Aku tidak mengerti.
B: Tentu kamu mengerti. Kamu telah melakukannya berulang kali… kamu terjerumus dalam situasi gawat, kemudian  
     kamu datang kepada-Ku. “Tuhan, bantulah aku untuk keluar dari masalah ini dan aku berjanji tidak akan 
     melakukannya lagi.” Sungguh mengherankan, kekhusukan dan kesungguhan doamu meningkat drastis apabila 
     kamu ditimpa masalah. Ingatkah kamu sebagian dari tawar-menawar yang kamu coba lakukan dengan-Ku?

P: Hmmm, aku tidak….Oh ya,….ketika guruku memergokiku menonton film tentang….Astaga!
B: Ingatkah kamu bagaimana kamu berdoa? “Ya Tuhan. Jangan biarkan dia melaporkannya pada ibuku. Aku berjanji 
     mulai sekarang tidak akan lagi menonton film tujuh belas tahun ke atas.” Dia tidak melaporkannya kepada ibumu, 
     tetapi kamu tidak menepati janjimu, iya'kan?

P: Tuhan, aku melanggar janjiku. Aku sungguh menyesal.
B: Baik, lanjutkan doamu. 

P: Sebentar, Bapa. Aku ingin bertanya sesuatu kepada-Mu. Apakah Engkau selalu mendengarkan doa-doaku?
B: Ya, setiap kata; setiap saat.

P: Kalau begitu, mengapa Engkau tidak pernah menjawabku sebelumnya?
B: Berapa banyakkah kesempatan yang kamu berikan pada-Ku? Tidak ada cukup waktu antara kata “Amin”-mu dan 
     kepalamu menumbuk bantal. Bagaimana Aku dapat menjawabmu?

P: Engkau dapat, jika saja Engkau sungguh menghendakinya.
B: Tidak. Aku dapat hanya jika “kamu” sungguh menghendakinya. 
     Anak-Ku, Aku selalu rindu untuk berbicara denganmu.

P: Bapa, maafkan aku. Maukah Engkau mengampuniku?
B: Sudah kuampuni. Dan terima kasih, sudah mengijinkan Aku menginterupsimu. Kadang-kadang Aku begitu rindu 
     untuk dapat berbicara denganmu. 
     Selamat malam. Aku mengasihimu.

P: Selamat malam, Bapa. Aku mengasihi-Mu juga

Kamis, 21 Februari 2013

Impian Sejati


Suatu hari, ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua yang bijaksana. Si anak muda bertanya, "Pak, sebagai seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tentunya anda bisa menjawab semua pertanyaan saya".
"Apa yang ingin kau ketahui anak muda ?" tanya si orang tua. "Saya ingin tahu, apa sebenarnya yang dinamakan impian sejati di dunia ini". Jawab si anak muda.
Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan si anak, tapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai. Sampai di suatu sisi, kemudian mereka berjalan menuju ke tengah laut. Setelah sampai agak ke tengah di tempat yang lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba mendorong kepada si anak muda ke dalam air.
Anak muda itu meronta-2, tapi orang tua itu tidak melepaskan pegangannya. Sampai kemudian anak muda itu dengan sekuat tenaga mendorong keatas, dan bisa lepas dari cekalan orang tua tersebut.
"Hai, apa yang barusan bapak lakukan, bapak bisa membunuh saya" tegur si anak muda kepada orang bijak tersebut. Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan si anak, malah balik bertanya ,"Apa yang paling kau inginkan saat kamu berada di dalam air tadi ?". "Udara, yang paling saya inginkan adalah udara". Jawab si anak muda.
"Hmmm, bagaimana kalo saya tawarkan hal yang lain sebagai pengganti udara, misalnya emas, permata, kekayaaan, atau umur panjang ?"tanya si orang tua itu lagi.
"Tidak ….. tidak …… tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini diberikan kepada saya, tidak ada yang bisa menggantikan udara ketika saya berada di dalam air" jelas si anak muda.
"Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu sendiri kalau begitu. KALAU KAMU MENGINGINKAN SESUATU SEBESAR KEINGINANMU AKAN UDARA KETIKA KAMU BERADA DI DALAM AIR, ITULAH IMPIAN SEJATI" kata si orang tua dengan bijak.

Apakah Kita saat ini mempunyai impian sejati ?
Banyak orang yang mengatakan impian mereka ini, atau itu, tapi sebagian besar yang mereka sebutkan adalah keinginan belaka, bukan impian. Keinginan sifatnya tidak mendesak. Kalo bisa dapat syukur, nggak dapat juga tidak apa-apa. Kalo bisa mobil BMW, kalo nggak, Kijang juga gak apa-2.
Ada pula orang yang mempersepsikan impian dengan harapan. Keduanya mirip namun berbeda. Harapan lebih kepada sesuatu di masa depan yang terjadi dengan sendirinya atau atas hasil kerja orang lain. Campur tangan kita kecil sekali, atau bahkan tidak ada. Impian tidak seperti itu. Apapun yang terjadi, mau tidak mau, dengan perjuangan sekeras apapun impian itu HARUS tercapai.
Impian terbaik seorang manusia adalah ketika dia berusia dibawah lima tahun. "Saya mau jadi dokter, mau jadi pilot, mau jadi pengusaha, dll ……" bukankah itu yang kerap dikatakan oleh anak-anak kita ?
Sayangnya, begitu mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah, mereka `diharamkan' membuat kesalahan. Selain itu, mereka juga mulai diajarkan melihat realitas dunia – dari sisi yang negatif.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika, seorang remaja hingga dia berusia 20 tahun, rata-rata akan menerima 20.000 macam kata "NO". "Jangan nakal, jangan main air, jangan kesana, jangan malas, jangan pergi, dan ribuan kata jangan yang lain. Memang tujuannya baik karena mengajarkan kita agar dapat hidup dengan baik.

Tapi karena terlampau seringnya kata "NO' itu diterima, akan mempengaruhi pula alam bawah sadar manusia. Sehingga setiap kali kita memikirkan sesuatu yang baru,
misalnya impian, yang pertama kali terlintas di benak kita adalah kata "NO".
Banyak juga orang saat ini apabila ditanya apa impiannya, mereka menjawab tidak tahu. Mungkin orang-2 tersebut menganggap hidup adalah suatu nasib, sehingga sekeras apapun mereka bekerja atau setinggi apapun impian mereka, namun apabila nasib tidak menghendaki mereka sukses, mereka tidak akan sukses.
Atau ada pula tipe orang yang terjebak di dalam `comfort zone', dimana kehidupan mereka saat ini sudah nyaman, atau setidaknya berkecukupan.
Mereka merasa tidak perlu membuat suatu impian yang lebih besar. Mereka mungkin akan berkata "Ah, buat apa rumah besar-besar …. Bisa ngontrak aja sudah bagus ……".
Tipe ketiga, ada orang yang SENGAJA tidak mau membuat impian, karena ……. malu jika ditertawakan orang lain, dianggap norak, nggak tau diri, atau bahkan gila. Nah, sebenarnya bukan kita yang norak, tapi karena hidup kita sudah terlalu penuh dikelilingi oleh orang-orang dengan pikiran negatif, dimana mereka akan merasa `tidak suka' jika ada seseorang yang tadinya setingkat dengan mereka, lalu mau pergi ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka akan berusaha dengan ejekan, sindiran dan usaha-usaha lain agar kita tetap `selevel' dengan mereka. Kalau kita ingin membuktikan, coba besok pagi di kantor, katakan kepada rekan-2 kita, "Saya punya impian untuk jadi orang sukses. Saya akan berusaha keras mencapainya, untuk membawa saya dan keluarga saya ke tingkat yang lebih baik". Lalu coba lihat ….. berapa banyak yang mentertawakan anda …..
Dan coba lihat pula berapa orang yang mendukung kita. Mungkin hampir tidak ada yang mendukung kita. Masih maukah kita meraih impian tersebut ….. setelah kita ditertawakan ….?
Yakinlah bahwa kita saat ini masih mampu menciptakan impian-2 kita, asalkan kita mau menghilangkan segala penghalang di dalam benak kita. Cobalah untuk berpikir bebas, seperti anak berusia 5 tahun. Jangan hiraukan apa yang dikatakan orang tentang impian kita, tapi berusahalah agar impian itu tercapai.
Memang benar, kita tidak akan bisa mencapai semua impian kita. Tapi tanpa punya impian, kita tidak akan meraih apa-apa. Mari kita ciptakan impian, wujudkan, dan raih hasilnya !