Selasa, 17 Oktober 2017

Pidato Sang Gubernur Baru

Agak heran kenapa orang meributkan pidato pertama Gubernur DKI itu, malah bikin rangkaian analisa canggih: ada yang menyebutkan sebagai "genderang perang", ada yang melihatnya sebagai pencanangan strategi untuk mendongkel Jokowi di tahun 2019 sembari mengaitkannya dengan kepentingan Singapura dan Malaysia, ada yang hanya bisa memaki-maki, dll. Sepertinya orang dengan gampang diajak menari dengan irama tabuhan gendangnya!

Tadinya saya juga heran ketika dalam pidatonya, selain menyinggung "pribumi", sang Gubernur juga bilang tentang "kolonialisme yang ada sehari-hari di depan mata". Apa ini nggak ngelindur? Tapi, setelah dipikir-pikir, dan sadar bahwa zaman Now itu zaman '"post-Truth politics", saya pun teringat pada salah satu diktum politik klasik yang dulu diajarkan Suhu saya: "Jika kau tahu tidak akan mampu merealisasikan janji-janji program yang kau obral selama pemilihan, maka bikinlah lawanmu sibuk memperdebatkan omonganmu, atau lebih baik lagi ciptakanlah musuh imajiner bersama."

Diktum itu sudah terang benderang. Tapi agar bisa lebih dipahami generasi Now, biar saya jelaskan dengan contoh riil. Begini: Sang Gubernur sadar bahwa kemacetan, banjir, buruknya layanan publik, korupsi yang menggurita dan hal-hal lain yang menjadi problem Jakarta hanyalah Fenomena yang tampak di permukaan dari akar masalah utama, yakni KOLONIALISME. Maka sang Gubernur akan memusatkan seluruh perhatian, tenaga dan sumberdaya untuk mengatasi akar masalah, yakni KOLONIALISME, alih-alih terjebak hanya mengurusi Fenomena saja.

Maklum, sang Gubernur ini intelektual Doktor dan dulu sering menulis di media terkemuka, dan bahkan ada yang menyebutnya "philosopher-king" ala Platon yang tidak hanya "kerja, kerja, kerja" tetapi mau "kerja sembari refleksi, refleksi sembari kerja", pertautan Theoria-Praxis yang terkenal itu. Karena itulah, sang Gubernur tidak mau mengurusi yang sepele-sepele, yakni fenomena yang tampak di permukaan, tetapi mau menangani akar masalah.  Maka kalau nanti Jakarta banjir, macet, birokrasi lamban, korupsi marak dan lain-lain, ya itu karena akar masalahnya, yakni KOLONIALISME, belum diatasi. Jadi Anda semua harap bersabar.

Johannes Silentio

Tidak ada komentar:

Posting Komentar